Ada tiga teori masuknya Islam ke Indonesia, ialah teori
Gujarat (India), Persia (Iran) dan Arab. Terlepas dari perbedaan tahun, ada
kesamaan di antara tiga teori hal yang demikian.
Dari teori hal yang demikian ketiganya sama-sama beranggapan
bahwa perkembangan Islam di Indonesia, dijalankan oleh para pedagang dan pakar
agama atau sufi. Kecuali itu, penyebaran Islam di Indonesia dijalankan secara
tentram, bukan lewat peperangan.
Banyak perubahan yang terjadi pada tatanan kehidupan
masyarakat sejak masuknya Islam. Penyebaran islam di Indonesia kian cepat
sesudah munculnya kerajan-kerajaan islam.
Kerajan islam atau kesultanan bercorak Islam, seperti
Samudera Pasai sebagai kerajaan bercorak Islam pertama di nusantara, Kerajaan
Demak, Kesultanan Cirebon, dan lain – lain.
Sejak itu, perkembangan Islam di Indonesia terus mengalami
peningkatan sampai ketika ini. Indonesia bahkan menjadi negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia. Salah satu bukti bahwa Islam juga berperan dalam
konstitusi negara yaitu redaksional Pembukaan UUD 1945 Paragraf tiga.
Periodisasi sejarah islam bisa dipandang dari pelbagai sudut
pandang, seperti politik, seni, aliran, abad, atau anggapan dari pelbagai
pakar.
Seumpama Cellarius, membagi sejarah Eropa ke dalam tiga
jangka waktu waktu, ialah Zaman Kuno (500 – 1000 Masehi), Pertengahan (1000 –
1500 Masehi), dan Modern (1500 – kini). Ada juga anggapan bahwa zaman modern
diawali sekitar akhir abad ke-19.
Modern itu saat perbuatan, olah pikir, dan bersikap,
disesuaikan dengan zaman. Tentu, hal ini akan searah dengan perubahan sosial.
Seumpama yaitu kemunduran umat Islam pada akhir abad pertengahan, disebabkan
pengendalian oleh kaum imperialis Barat dan kolonialis.
Kemunduran umat Islam ini berlangsung secara global.
Melainkan sesudah itu, umat Islam bangkit dengan gerakan dan pemikiran yang
kerap diasumsikan modern.
Kabar dan imbas hal yang demikian, otomatis masuk ke
Indonesia, yang ketika itu juga masih dalam imbas penjajah. Permulaan abad
ke-20, mulai bermunculan gerakan-gerakan untuk bangkit, membebaskan diri, dan
merdeka.
Tak terkecuali umat Islam, digambarkan dengan munculnya
organisasi sosial berlatarbelakang agama, seperti Muhammadiyah, Sarikat Islam,
Jong Islamieten Bond, dan Persatuan Islam.
Gerakan-gerakan yang dijalankan organisasi-organisasi hal
yang demikian, yang mengawali perkembangan Islam di Indonesia pada masa modern.
Sesudah itu, organisasi Islam yang lain mulai bermunculan, seperti Nahdlatul
Ulama (NU), bahkan juga ada yang bubar.
Perkembangan Islam di Indonesia dari Permulaan Masuk Hingga
Kini
Islam masuk ke Indonesia, telah dipastikan, bahwa dengan
jalan tentram, lewat perdagangan, perkawinan, pengajaran, dan juga kultur,
bukan lewat peperangan ataupun kekerasan seperti penjajah yang lebih dari tiga
abad lakukan.
Berikut Perjalanan perkembangan Islam di Indonesia
1. Islam masuk ke Indonesia.
Ada tiga teori yang familiar untuk membeberkan skor ini.
Melainkan ketiganya, kurang lebih mempunyai cara kerja atau sistem penyebaran
yang sama, ialah perdagangan, perkawinan, dan pengajaran.
2. Munculnya kerajaan bercorak Islam.
Kesultanan Samudera Pasai, sebagai kerajaan bercorak Islam
pertama di Indonesia, tepatnya di pesisir pantai utara Pulau Sumatra sebagai
sentra pemerintahannya, dekat dengan Lhokseumawe.
Sesudah itu, juga mulai banyak, berdiri kerajaan – kerajaan
bercorak Islam di Pulau Jawa, sampai ke kawasan Indonesia komponen timur.
3. Masuknya penjajah dan dampaknya ke kawasan dan tatanan
Indonesia.
Pada masa ini, susah untuk menemukan kebebasan, bagus itu
kebebasan beragama, berpolitik, berekonomi, malahan kebebasan untuk hidup.
Belanda, berlayar dan singgah, sambil membawa tiga misi, ialah gold, glory, dan
gospel.
Berlandaskan keimanan, umat Islam banyak bertempur dengan
pasukan Belanda, bagus itu pertempuran kecil, ataupun besar. Alhasil bahkan,
Belanda gagal menjalankan misi gospel secara sempurna di Indonesia.
4. Permulaan abad ke-20.
Umat Islam di Indonesia mulai mencoba bangkit, seiring
banyaknya gerakan umat Islam, untuk membebaskan diri dari kolonialisme dan imperialisme
barat secara global.
Organisasi berlandaskan sosial dan agama bermunculan,
seperti Sarikat Dagang Islam di Bogor, Persatuan Islam di Bandung, Nahdlatul
Ulama di Surabaya, dan masih banyak lagi, menggambarkan rasa nasionalisme mulai
tumbuh.
Pada masa penjajahan Jepang, sebagian pakar mempunyai
anggapan yang berbeda. Beberapa yang lain beranggapan bahwa Jepang memberikan
jalan masuk lebih pada organisasi Islam untuk lebih berkembang.
Melainkan beberapa yang lain tak, sebab Jepang mempunyai
maksud tersendiri. Melainkan setidaknya, kondisi ini dimanfaatkan oleh para
tokoh pergerakan Indonesia.
Sesudah Jepang ditumbangkan oleh Sekutu, tokoh pergerakan
seketika mengambil peluang di tengah melemahnya Jepang, untuk memproklamirkan
kemerdekaan.
Ada sebagian tokoh umat Islam yang menuntut, supaya Islam
menjadi dasar negara. Akan melainkan, hal itu ditumbangkan oleh tokoh – tokoh
yang lebih cenderung pada sikap pancasilais.
5. Bangsa Indonesia mengakui eksistensi Islam pada bidang
lain, melainkan bukan di dunia perpolitikan.
Alhasil, banyak pertentangan dan konfrontasi bahwa Islam
antipemerintah, seperti gerakan DI/TII di sebagian tempat. Bidang lain hal yang
demikian, salah satunya yaitu pengajaran Islam yang masuk di sekolah – sekolah
formal, sebagai pembelajaran agama, semenjak tahun 1946.
Kecuali itu, mulai disusunnya buku pembelajaran agama, level
madrasah yang meniru level sekolah lazim, peningkatan kurikulum madrasah, dan
dibentuknya sekolah agama Islam untuk guru dan hakim.